Organisasi ini didirikan oleh disiden politik Cina, dan juga jurnalis, matematikawan, dan teknolog dari Amerika Serikat, Taiwan, Eropa, Australia, dan Afrika Selatan. Artikel koran dan majalah The New Yorker mendeskripsikan Julian Assange, seorang jurnalis dan aktivis internet Australia, sebagai direktur Wikileaks.
WIKILEAKS sedang jadi perbincangan hangat. Situs yang mendedikasikan dirinya sebagai “ember” itu, lagi-lagi, merilis sejumlah dokumen rahasia. Kali ini, wikileaks.org mempublikasikan dokumen-dokumen kawat diplomatik yang bersumber dari 274 kedutaan besar Amerika Serikat di berbagai belahan dunia, termasuk dari Departemen Luar Negeri AS. Jumlah dokumennya ada 251,287 buah dan, hingga hari ini, yang dirilis belum sampai 300 dokumen.Rincian Bocoran Wikileaks :
Dalam pernyataannya di situsnya, Wikileaks mengaku sengaja mencicil publikasi dokumen itu, agar masing-masing tema mendapat perhatian publik yang memadai. Bila dilepas sekaligus, rahasia negara yang penting bisa terlewatkan dari perhatian.
Sejak Wikileaks merilis kawat-kawat rahasia itu, media sedunia berpesta pora memberitakannya. Berita-berita seksi bertaburan. Misalnya soal Belanda yang menyimpan nuklir titipan Amerika Serikat; Raja Arab Saudi meminta AS menyerang Iran; pendapat dan prediksi negarawan senior Singapura Lee Kwan Yew tentang Korea dan masa depannya; dan lain-lain. Tak kurang Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton kebakaran jenggot (meski tentu ia tak berjenggot), dan mengecam pembocoran dokumen-dokumen itu.
Julian Assange, pendiri Wikileaks, juga mulai diincar. Sebelum ini, dia pernah dicoba dijerat dengan tuduhan asusila. Itu tak membuat Wikileaks goyah. Yang membuat situs itu goyah justru adalah serangan maya ke server mereka. “Serangan DDOS kini melebihi 10 gigabit per detik,” demikian pernyataan Wikileaks di Twitter, Selasa (30/11) malam waktu Jakarta.
Serangan DDOS (distributed denial of service) adalah ketika server Wikileaks dibanjiri trafik dari berbagai arah, yang bertujuan menghabiskan sumber daya server sehingga situs Wikileaks tak bisa diakses. Siapa pelakunya, wah, tak jelas.
Nah, lalu apakah ada dokumen rahasia terkait Indonesia yang dirilis Wikileaks? Jawabannya: ada. Kawat diplomatik yang berasal dari Kedutaan Besar AS di Jakarta jumlahnya total ada 3059 buah. Dokumen aman alias tak rahasia jumlahnya ada 1510 buah. Sisanya adalah dokumen rahasia, dengan kategori “confidential” 1451 buah, dan kategori “secret” ada 98 buah.
Sejauh ini, dokumen yang menyebut Indonesia barulah yang “menyerempet” saja. Salah satunya adalah dokumen tentang seorang direktur di Departemen Pertahanan AS yang bertemu dengan asisten Menteri Luar Negeri AS, membicarakan situasi pascakunjunganHillary Clinton ke Jakarta, 2009 lalu. Clinton sempat mengatakan AS mempertimbangkan menyediakan “payung pertahanan” bagi negara-negara Arab moderat untuk menghadapi nuklir Iran.
Dalam dokumen yang berasal dari Kedutaan Besar AS di Tel Aviv itu, berklasifikasi “secret”, bertanggal 30 Juli 2009, pejabat Dephan AS agaknya sedikit mempermasalahkan pernyataan Hillary Clinton di Jakarta itu. Asisten Clinton lalu meluruskan, bahwa pernyataan bosnya bukan mengindikasikan perubahan kebijakan soal menghadapi Iran. Asisten itu juga menyalahkan para jurnalis peliput yang dianggap melebih-lebihkan pernyataan Clinton.ttp://www.tribunkaltim.co.id
Sejumlah data rahasia negera-negara hasil dokumentasi Amerika Serikat telah tersebar di dunia maya. WikiLeaks adalah sang penyebar informasi tersebut. Berikut ini adalah rincian jumlah dokumen yang dipastikan sudah menjadi informasi publik.Ada 3.059 dokumen penting rahasia Amerika tentang Indonesia yang disusun Kedubes AS di Jakarta [baca: Ribuan Dokumen AS Tentang Indonesia Dibocorkan WikiLeaks]. Di antaranya ada laporan Congressional Research Service; Report RS21874 tentang hasil Pemilu 2004 Indonesia.
Menurut informasi yang tersebar di laman milist Rabu (1/12) ini, dokumen sangat rahasia milik AS yang berkaitan dengan Prancis mencapai 1.582 banyaknya. Di antaranya mencakup soal Presiden Nicolas Sarkozy, sebanyak 256 dokumen rahasia, dan dokumen resmi biasa mencapai 1.937.
Soal Spanyol, WikiLeaks membeberkan 898 dokumen sangat rahasia versi Amerika. Angka itu masih ditambah 103 dokumen rahasia, dan 2.619 dokumen biasa.
Data dan informasi negara Turki menjadi yang terbanyak kedua dibocorkan, setelah Irak. Jumlahnya mencapai 3.298 dokumen sangat rahasia–termasuk mengenai Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan–577 dokumen rahasia, dan 4.043 dokumen resmi biasa.
Sementara soal Irak, dokumen amat rahasia yang dibocorkan mencapai sebanyak 4.127. Tambahannya, ada 1.158 dokumen berkategori rahasia dan 1.392 lainnya untuk dokumen berskala biasa. Periode informasi itu meliputi aktivitas sejak 2002 hingga 2004, soal Yordania dan Kuwait.
Secara keseluruhan, tepatnya ada 97.080 dokumen tergolong sangat rahasia yang tersebar luas oleh WikiLeaks. Jumlah tadi bertambah lagi dengan 75.792 dokumen biasa, 58.095 dokumen hanya untuk internal, 11.322 dokumen rahasia, 4.678 dokumen sangat rahasia yang tak boleh diakses non-AS (Noforn), dan 4.330 dokumen rahasia lainnya.
Merujuk rincian jenis, 145.222 dari data tadi berkaitan dengan hubungan politik eksternal, 122.954 soal internal pemerintah, 49.016 tentang ekonomi, 28.760 mengenai teroris dan terorisme, 23.857 tentang perdagangan luar negeri, dan 23.054 dokumen tentang intelijen.http://id.news.yahoo.com/lptn/20101201/twl-ini-rincian-bocoran-wikileaks-deaf2f6.html
”Perang informasi yang sesungguhnya baru saja dimulai. WikiLeaks medan tempurnya. Kalian semua tentaranya,” (John Perry Barlow, salah satu pendiri Electronic Frontier Foundation dan penulis lirik band Grateful Dead)
PENDIRI WikiLeaks Julian Assange memang sudah meringkuk di tahanan polisi Inggris sejak Selasa (7/12) siang. Namun, bukan berarti WikiLeaks mati.
Menyusul penangkapan tersebut, situs WikiLeaks menulis di akun Twitter-nya, ”Tindakan terhadap pemimpin redaksi kami, Julian Assange, hari ini, tak akan berpengaruh terhadap operasi kami: kami akan merilis kawat-kawat (diplomatik rahasia) lagi malam ini.”
James Ball, wartawan yang bekerja untuk WikiLeaks, mengatakan, seluruh staf organisasi pembocor rahasia tersebut tetap bekerja seperti biasa. ”Di tengah semua yang terjadi, semua masih tetap berjalan sesuai jadwal, semua (dokumen) itu akan tetap keluar seperti biasanya,” ungkap dia.
Pertama-tama, situs transaksi keuangan di internet PayPal menutup saluran donasi untuk WikiLeaks dan membekukan uang organisasi tersebut sebesar 80.000 dollar AS (Rp 720,4 juta). Selanjutnya, Senin, bank milik Kantor Pos Swiss, Postfinance, menutup rekening Julian Assange yang berisi uang 41.000 dollar AS (Rp 369,2 juta).
Pihak Postfinance berdalih, Assange menggunakan alamat palsu untuk membuka rekening di bank tersebut. Assange dikabarkan menggunakan alamat seorang pengacaranya di Geneva. ”Dia akan mendapatkan uangnya kembali. Kami hanya menutup rekeningnya,” tutur juru bicara Postfinance, Alex Josty.
Saluran keuangan WikiLeaks makin terbatas setelah perusahaan kartu kredit MasterCard memutus seluruh transaksi dengan WikiLeaks, Senin, disusul raksasa kartu kredit lainnya, Visa, Selasa.
Sebaliknya, para pendukung dan simpatisan WikiLeaks pun tak tinggal diam. Hanya dalam waktu beberapa hari sejak situs www.wikileaks.org diserang dan akhirnya ditutup dan dipindah ke www.wikileaks.ch, sekitar 500 situs cermin atau salinan dari WikiLeaks telah dibuka di dunia maya.
Para pendukung (jumlah pendukung WikiLeaks di Facebook naik dari 500.000 menjadi hampir 960.000 pengguna hanya dalam waktu tiga hari sejak Jumat pekan lalu) ini juga membantu organisasi itu dalam melawan serangan para peretas dan menyalurkan donasi dengan berbagai cara. Perang baru saja dimulai....
AMERIKA Serikat dan dunia internasional mengalami kegemparan dan panik. Semua terjadi menyusul adanya rilis lebih dari ratusan ribu dokumen rahasia dan surat menyurat antar-pejabat dan diplomat Amerika Serikat di seluruh dunia (US Diplomatic Cable). Sebagian kecil di antaranya adalah berasal dari Kedutaan Besar Amerika di Jakarta. Semua ini muncul dari situs wikileaks.
Wikileaks yang merupakan sebuah situs non-profit independen mengumpulkan dan mengumumkan data dan dokumen-dokumen yang tidak pernah diketahui oleh masyarakat dunia, yang didapatkan dari berbagai sumber dan kebocoran rahasia (leaks). Didirikan oleh Julian Paul Assanbge, seorang Jurnalis Australia, Wikileaks mengaku memiliki dokumen yang diambil dari 274 Kedutaan Besar Amerika di berbagai belahan dunia, termasuk dari Departemen Luar Negeri Amerika. Saat ini Assanbge masuk dalam international law enforcement most-wanted list.
Situs yang awalnya beralamat di wikileaks.org sontak menjadi perhatian dunia internasional dan sempat mendapatkan serangan DDoS atau Distributed Denial of Service attack.
Yaitu serangan kepada main server Wikileaks yang dilakukan secara terdistribusi oleh beberapa komputer canggih. Hingga akhirnya situs wikileaks down, serta sempat ditutup oleh perusahaan yang menyediakan nama domainnya. Namun akhirnya kembali muncul dengan alamat baru yaitu wikileaks.ch, seperti yang dilansir oleh BBC London.
Wikileaks menyebut bahwa mereka memiliki lebih dari tiga ribu dokumen rahasia Amerika Serikat yang terkait dengan Indonesia, berupa laporan diplomatik yang dikirim dari dan ke Kedutaan Besar di Jakarta dan Konsulat Jenderal di Surabaya. Sudah muncul tiga buah dokumen yang dirilis Wikileaks dalam bentuk Congressional Research Service (CRS), yang merupakan think thank Kongres AS. Sebagai informasi bahwa CRS biasanya menjadi landasan bagi Senat AS dalam pengambilan kebijakan dalam dan luar negeri. Ketiga dokumen tersebut antara lain mengungkap masalah campur tangan AS terhadap krisis Timor Timur yang menyebabkan provinsi ke-27 berganti nama Timor Leste karena terlepas dari pangkuan ibu pertiwi pada tahun 1999. Dua dokumen lainnya antara lain adalah mengenai Pemilihan Umum 2004 dan Program
. Untuk itulah diperlukan upaya komunikatif dari pemerintah kepada Amerika Serikat, melalui perwakilannya di Indonesia mengenai informasi apa saja yang akan diungkap oleh wikileaks, yang sangat mungkin menyerang posisi pemerintah RI saat ini atau bahkan menyerang kedaulatan Indonesia. Disamping itu, langkah komunikasi ini, digunakan juga untuk mencegah kesalahpahaman antara AS dan Indonesia.
Reaksi publik dalam negeri memang wajib diantisipasi oleh Pemerintah RI, apalagi jikalau menilik beberapa kasus yang membuat sebagain besar rakyat tak cukup puas dengan kebijakan petinggi di Nusantara ini termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bukan tidak mungkin, rakyat akan melakukan tindakan reaksioner dan berlebihan. Di samping adanya sikap saling curiga antar-elite pemerintahan, akan yang membuat kondisi negara menjadi tidak stabil. Langkah lainnya yang bisa ditempuh adalah usaha untuk melakukan upaya persuasif kepada pemerintah Amerika Serikat mengenai dampak dari bocornya berbagai informasi rahasia, tidak saja untuk kepentingan Indonesia, tetapi dunia.
Sudah sewajarnya jikalau pemerintah AS meminta maaf kepada dunia atas tindakan para diplomatnya dalam pelaporan ke Washington. Mulai dari membuat karakter-karakter pemimpin negara tertentu, hingga berbagai usulan kebijakan yang berpotensi melanggar hukum internasional. Bahkan penggambaran yang merendahkan negara di mana perwakilan AS berada. Seperti yang dilakukan terhadap Presiden Afghanistan Hamid Karzai, yang disebut sebagai pemimpin yang lemah dan paranoid. Belum lagi Kanselir Jerman Angela Merkel yang dianggap tak suka ambil risiko dan jarang kreatif. Serta sebutan menyedihkan bagi Pemimpin Libya Muammar Kadafi yang diungkap selalu bepergian didampingi ‘suster pirang berbadan montok’ dari Ukraina.